cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 19 No. 2 (2013)" : 9 Documents clear
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PENYERAPAN GAS KARBONDIOKSIDA OLEH MIKROALGA TROPIS Ankistrodesmus sp. DALAM FOTOBIOREAKTOR Amalia Muchammad; Edwan Kardena; Astri Rinanti
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.1

Abstract

Abstrak: Mekanisme CCS secara biologis didapat dengan menggunakan mikroalga. Ankistrodesmus sp. adalah mikroalga tropis terpilih yang merupakan hasil isolasi dari kolam fakultatif 2b IPAL Bojongsoang. Pada proses fotosintesis, mikroalga menggunakan bahan anorganik yakni CO2 sebagai bahan utamanya yang akan dirombak menjadi bahan organik dan menghasilkan energi. Intensitas cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam mekanisme fotosintesis. Dilakukan penelitian mengenai pengaruh cahaya untuk mengetahui efektifitas penyerapan CO2 yang ditandai dengan respon kultur. Dari penelitian awal diketahui bahwa fase pertumbuhan  Ankistrodesmus sp. memiliki waktu generasi 7.93 per jam, Laju pertumbuhan spesifik (µs) memiliki nilai sebesar 0.9913 sel/hari dan umur inokulum 3 hari. Pada percobaan selanjutnya diperoleh bahwa efisiensi penyerapan CO2 tertinggi terjadi pada konsentrasi 5% pada intensitas 4000 luks (23.38%). Penambahan 5% konsentrasi CO2 menunjukkan pertumbuhan sel yang tinggi bila dibandingkan dengan konsentrasi 2 dan 0 %. Nilai biomassa kering mengalami kenaikan masing-masing 32.3% pada 2% CO2 dan 21.67% pada CO2 5% setelah intensitas dinaikkan menjadi 4000 luks.Pada variasi 2% CO2 terjadi peningkatan kandungan klorofil sebesar 28.24% ketika intensitas cahaya dinaikkan menjadi 4000 lux 24/0. Sebaliknya pada variasi 0 dan 5 % CO2 kandunganklorofil mengalami penurunan. Intensitas cahaya  4000 luks dengan periodisasi 24/0 dapat menyebabkan CO2  terserap secara optimum.
SIMULASI KOMPUTER PENGARUH RELOKASI KERAMBA JARING APUNG TERHADAP KANDUNGAN NITRAT DI DALAM AIR WADUK JATILUHUR Amallia Ashuri; priana Sudjono
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.2

Abstract

Abstrak: Kegiatan keramba jaring apung yang dikembangkan di Waduk Jatiluhur berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun, akibat pertumbuhannya yang cepat dan tidak terkendali maka kegiatan keramba jaring apung telah menjadi sumber pencemar utama, termasuk nitrat, dalam Waduk Jatiluhur. Nitrat sebagai salah satu nutrien yang dapat digunakan langsung oleh biota air merupakan salah satu pemicu terjadinya eutrofikasi dalam waduk. Degradasi kualitas air akibat eutrofikasi dapat mengganggu fungsi waduk sebagai pembangkit listrik dan penyedia pasokan air baku air minum serta irigasi pertanian. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan merelokasi keramba jaring apung dari daerah disekitar outlet waduk menuju lokasi yang lebih jauh dari outlet waduk. Untuk melihat sejauh mana pengaruh kegiatan keramba jaring apung dalam waduk maka dilakukan simulasi konsentrasi nitrat dalam air waduk dengan menggunakan pendekatan segmentasi vertikal. Simulasi konsentrasi nitrat juga dilakukan dengan menerapkan skenario perbaikan berupa relokasi keramba jaring apung. Simulasi terhadap skenario perbaikan dilakukan sebagai suatu langkah optimasi dalam rangka mereduksi konsentrasi nitrat di outlet waduk. Hasil simulasi menunjukkan bahwa upaya pengelolaan dengan merelokasikan keramba jaring apung menuju lokasi yang lebih jauh dari outlet wasuk telah berhasil menurunkan konsentrasi nitrat di segmen terakhir waduk. Dari hasil simulasi didapat bahwa reduksi konsentrasi nitrat tertinggi didapatkan dengan cara merelokasi keramba jaring apung dari segmen kedelapan menuju segmen kedua. Dengan merelokasikan keramba jaring apung menuju segmen kedua sebanyak 20%, 50%, dan 100% dari jumlah keramba jaring apung di segmen kedelapan masing-masing telah berhasil menurunkan konsentrasi nitrat sebesar 16,67%, 41,52%, dan 82,37% pada segmen terakhir waduk. Kata kunci: keramba jaring apung, nitrat, Waduk Jatiluhur, kualitas air. Abstract: Fish cagesin Jatiluhur reservoir are developed in order to meet the food demands. However, due to its rapid and uncontrollable growth, fish cages turn to be the major pollutant source in Jatiluhur reservoir. Nitrate, as one of nutrient that can be use directly by aquatic biota, is one of the factor that trigger eutrophication in a reservoir. Water quality degradation caused by eutrophication can hinder reservoir function as a hydro-electric generation and water resources that provided raw water for drinking water and irrigation. An effort that is possibly done to overcome the problem was by relocating the fish cages to upstream site. The simulation of nitrate concentration that approached by vertical segmentation then being done to see to what extent fish cage number affected the nitrate concentration in reservoir. The simulation was also being done by implementing improved scenario. The simulation with improved scenario carried out as an optimization measure in order to reduce the nitrate concentration in reservoir outlet. The results of the simulation indicated that by relocated the fish cage to further location from reservoir outlet has been successful reduce nitrate concentration in the last segment of the reservoir. The highest nitrate concentration reduction was obtained when the fish cage was relocated from the eighth segment to the second segment of the reservoir. By relocate the fish cage as much as 20%, 50%, and 100% of the number of fish cage in the eighth segment the nitrate concentration reduction in the last segment is 16.67%, 41.52%, and 82.37% respectively. Keywords: fish cage, nitrate, Jatiluhur reservoir, water quality.
PENGGUNAAN LEMPUNG SEBAGAI ADSORBEN DAN COAGULANT AID DALAM PENYISIHAN COD LIMBAH CAIR TEKSTIL Andita Rachmania Dwipayani; Suprihanto Notodarmodjo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.3

Abstract

Abstrak: Terdapat dua sub penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, yang keduanya dilakukan secara batch pada temperatur kamar. Sub penelitian pertama adalah uji adsorpsi terhadap kemampuan masing-masing lempung dalam menyisihkan parameter COD air limbah. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti antara lain pH air limbah, dosis lempung, dan waktu kontak. Air limbah yang digunakan berasal dari efluen unit produksi tekstil dengan konsentrasi COD pada rentang 230-285 mg/L. Tujuan penelitian adalah memperoleh kondisi optimum penelitian pada kemampuan kedua jenis lempung untuk menyisihkan parameter COD air limbah. Setelah didapat kondisi optimum, dilakukan analisis terhadap kinetika penyisihan COD menggunakan model isoterm Langmuir dan Freundlich. Kondisi optimum pada penggunaan lempung sawah dan coklat antara lain pada pH 7, dosis lempung sebesar 15 gr/L dan 30 mg/L. Penyisihan COD mencapai stagnan ketika waktu kontak mencapai 120 menit. Pada kondisi ini, penyisihan COD yang terjadi pada lempung sawah dan coklat mencapai 48,5% dan 26,65%. Faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorben lempung terkait dengan sifat morfologi lempung yang digunakan. Sub penelitian yang kedua adalah studi mengenai potensi lempung sebagai coagulant aid. Variabel penelitian yang dilakukan yaitu variasi dosis lempung dan pH air limbah. Pada penggunaan koagulan alum sebesar 30 mg/L, penambahan dosis lempung sawah sebanyak 30 mg/L mampu meningkatkan efisiensi penyisihan COD dari 12,07% menjadi 13,2%. Namun efisiensi ini belum bisa mengimbangi efisiensi penyisihan COD dengan penggunaan alum sebesar 40 mg/L, yaitu 17,24%.
PERBEDAAN PERGERAKAN ANGIN PADA MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU DAN PENGARUHNYA TERHADAP DISPERSI PENCEMAR UDARA DI KOTA SURABAYA Betha Januardi Budaya; Puji Lestari; Asep Sofyan
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.4

Abstract

Abstrak: Dinamika atmosfer merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam studi tentang pencemaran udara. Kondisi atmosfer dari suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap distribusi pencemar udara di wilayah tersebut. Kota Surabaya memiliki topografi yang unik dimana di wilayah barat dan selatan merupakan daerah perbukitan landai sedangkan di wilayah utara dan timur merupakan daerah tepi laut. Kondisi geografis Kota Surabaya yang terletak di tepi pantai utara dari Provinsi Jawa Timur akan menyebabkan adanya pengaruh dari angin lokal seperti angin darat dan angin laut. Dengan melakukan studi terhadap pergerakan angin maka akan diketahui pola pergerakan udara di Kota Surabaya dan efeknya terhadap pencemar udara yang diemisikan dari berbagai sumber di Kota Surabaya. Salah satu cara untuk mempelajari pola pergerakan udara adalah dengan melakukan pemodelan meteorologi skala meso WRF. Output dari model WRF kemudian akan digunakan sebagai input data meteorologi dalam model Calpuff yang digunakan untuk melihat pola dispersi pencemar udara di Kota Surabaya pada musim hujan dan musim kemarau. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada musim kemarau angin bergerak dari arah timur pada siang hari hingga sore hari yang akan menyebabkan pencemar udara bergerak ke arah barat dari Kota Surabaya, sedangkan pada malam hari pencemar udara akan bergerak ke arah timur kemudian berbelok arah karena terbawa angin yang bergerak dari arah tenggara menuju ke arah utara dan barat laut dari Kota Surabaya. Pada musim hujan, angin bergerak dari arah barat laut pada siang hari hingga sore hari yang akan menyebabkan pencemar udara ke arah tenggara dari Kota Surabaya, sedangkan pada malam hari hingga pagi hari pencemar udara akan bergerak secara dominan ke arah timur dari Kota Surabaya.
PENCEMARAN SUNGAI OLEH LINDI BERDASARKAN PARAMETER PENCEMAR COD DAN KROMIUM DENGAN PEMODELAN MATEMATIS (STUDI KASUS: BEKAS TPA CICABE, BANDUNG) Elsa Try Julita Sembiring; Idris Maxdoni Kamil
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.5

Abstract

Abstrak: Lindi yang dihasilkan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang masih aktif beroperasi maupun yang sudah tidak, memiliki potensi mencemari lingkungan selama masih terdapat kemungkinan kontak dengan air. TPA Cicabe merupakan salah satu TPA yang sudah tidak aktif sejak tahun 2006 di Kelurahan Mandalajati, Bandung. Penelitian ini dilakukan di anak sungai dan saluran terbuka yang melintas di sisi TPA Cicabe. Parameter pencemar yang ditinjau pada penelitian ini adalah COD dan kromium (Cr). Untuk mengetahui penyebaran pencemar di sepanjang aliran anak sungai dilakukan model analitik 1-dimensi berdasarkan persamaan adveksi-dispersi pada air permukaan. Pengambilan sampling dilakukan dua kali untuk keperluan kalibrasi dan validasi model. Pengumpulan sampel meliputi sampel tanah, sedimen, dan air anak sungai. Input pencemar berasal dari lindi, limbah rumah tangga, dan cabang sungai. Perhitungan lindi menggunakan neraca air Thorntwaite. Hasil uji analisis sensitivitas menujukkan koefisien degradasi (k) merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai konsentrasi model dengan nilai koefisien sensitivitas (S) = 0,311. Hasil simulasi untuk kalibrasi dengan kCOD=3/hari menunjukkan bahwa nilai COD model mendekati nilai konsentrasi COD hasil observasi dan validasi. Hasil simulasi transport Cr dengan k=1,4x10-4/detik menunjukkan bahwa nilai Cr model sudah cukup valid mendekati nilai konsentrasi Cr hasil observasiand validasi dengan level kepercayaan 99,5%.
MICROBIOLOGICAL SOURCE TRACKING BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE ANTIBIOTIC RESISTANCE ANALYSIS DI SUNGAI CIKAPUNDUNG Ferlita Andriani; Herto Dwi Ariesyady
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.6

Abstract

Abstrak: Saat ini DAS Citarum Hulu tengah mengalami penurunan kualitas air sungai. Salah satu penyebab terjadinya permasalahan ini adalah adanya pencemaran pada anak sungai yang masuk ke badan air Citarum Hulu. Sungai Cikapundung merupakan salah satu anak sungai yang turut berkontribusi dalam penurunan kualitas air Sungai Citarum Hulu. Usaha pencegahan pencemaran yang efektif dan efisien hanya dapat dilakukan apabila sumber pencemar telah diketahui. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pelacakan sumber pencemar adalah Microbiological Source Tracking (MST). Terdapat dua metode utama dalam MST yaitu konvensional dan modern. Antibiotic Resistance Analysis (ARA) merupakan salah satu cara modern dalam mendeteksi bakteri yang bertujuan membedakan diversitas resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga dapat terlihat perbedaan pola resistensi dan dapat diidentifikasi sumber bakterinya. Pada Sungai Cikapundung, pelacakan E. coli dilakukan dengan menguji resistensi dari tiap isolat yang diambil dari 3 titik sampling di sepanjang badan air terhadap 10 jenis antibiotik. Pada titik 1 yang terletak di hulu Cikapundung, belum ditemukan adanya pencemaran fekal. Sedangkan, sebaran E. coli pada titik 2 dan 3 berasal dari sumber manusia. Dengan diketahuinya sumber pencemar spesifik, maka diharapkan dapatdilakukan penanganan lebih lanjut yang tepat sasaran. 
REVITALISASI SPAM TANJUNG DALAM I PDAM TIRTA PRABUJAYA DI KOTA PRABUMULIH DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET MDGs 2015 Merri Jayanti; Arwin Sabar
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.7

Abstract

Abstrak: Adanya peningkatan status Kota Prabumulih dari Kota Administratif Kabupaten Muara Enim, menjadi Kota Tingkat II merupakan salah satu indikator utama meningkatnya permintaan akan kebutuhan air minum. Selain itu, terjadi ancaman keberlanjutan air dari segi kualitas akibat adanya pengaruh ekstrimitas debit pada zona hujan mooson sehingga tingkat kekeruhan air semakin tinggi. Hal ini secara langsung mempengaruhi produksi air minum (baik kualitas, kuantitas dan kontinuitas) yang disediakan oleh SPAM, PDAM Tirta Prabujaya Kota Prabumulih. Saat ini, cakupan Layanan PDAM baru mencapai 18% dari total  penduduk  158.304 jiwa (2011). Pendistribusiaan air PDAM kepada masyarakat juga kurang merata dikarenakan kekurangan sarana dan prasarana terutama sarana pengambilan air baku dari Intake dengan kapasitas terpasang 60 liter/detik, hanya dapat berproduksi 32 liter/detik. Padahal air minum sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan Rencana Induk Pengembangan SPAM yang didasarkan pada kriteria desain dan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi beberapa tahapan. Penelitian ini membahas mengenai RIP-SPAM untuk jangka pendek dalam rangka pencapaian target MDGs 2015 yakni 70% penduduk terlayani. Hasil penelitian menunjukkan pada 2015, Kota Prabumulih akan memiliki penduduk sebesar 175.942 jiwa dengan kebutuhan air minum rata-rata 327,10 liter/detik. Arahan RIP-SPAM jangka pendek dilakukan dengan revitalisasi SPAM Tanjung Dalam I, yaitu dengan transmisi air baku dan revitalisasi prasedimentasi. Adapun revitalisasi transmisi air baku dapat dilaksanakan dengan dua alternatif yaitu dengan penambahan booster pada jalur transmisi atau penambahan pompa yang dipasang paralel (Q 60 liter/detik). Sedangkan revitalisasi prasedimentasi sangat diperlukan untuk menjamin kualitas air akibat tingkat kekeruhan yang tinggi terutama pada musim penghujan dengan penambahan kompartemen prasedimentasi. Dengan skenario pengembangan SPAM, penduduk Prabumulih dilayani sebanyak 71,25% pada 2015 (melebihi target MDGs). 
POTENSI GANGGUAN BAU GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI LINGKUNGAN KERJA PT PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP Shinta Herlianty; kania Dewi
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.9

Abstract

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi gas hidrogen sulfida (H2S) di udara ambien lingkungan kerja yang berpotensi terhadap pencemaran udara, kesehatan dan kenyamanan para pekerja di lingkungan kerja PT PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap.  Data yang diambil adalah konsentrasi gas H2S pada udara ambien (disampling dengan metode basah), meteorologi, dan jawaban kuesioner oleh pekerja di lokasi yang telah ditentukan.  Hasil seluruh pengukuran konsentrasi H2S pada saat sampling berada di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) PER.13/MEN/X/2011 1 ppm.  Konsentrasi H2S tertinggi sebesar 0,36 ppm terdapat pada kilang FOC I (sore) dan konsentrasi H2S terendah adalah tidak terdeteksi yang terdapat pada LOC III (pagi).  Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukan nilai Hhitung sebesar  0,072< Htabelsebesar5,99 yang berarti konsentrasi H2S tidak berbeda secara nyata di pagi, siang, dan sore hari. Dibandingkan dengan NAB H2S (0,02 ppm) dari KEP. MENLH No. 50/MENLH/11/1996 tentang bau odoran tunggal, lokasi penelitian yang memiliki konsentrasi H2S di atas nilai  tersebut terdapat pada FOC I (sore), LOC III (siang), SRU (pagi), LOC II pagi), LOC I (seluruh waktu sampling), dan FOC II (sore).  Jawaban responden menunjukan sebesar 73,85 % pekerja merasa terganggu bahkan sangat terganggu dengan adanya gas H2S di lingkungan kerja.  26,15 % lainnya merasa biasa saja bahkan tidak terganggu dengan adanya gas H2S di lingkungan kerja.  Hasil uji korelasi linier menunjukkan nilai R2 0,318 yang berarti bahwa 31,8% variabel kebauan memiliki pengaruh terhadap timbulnya gangguan kenyamanan, sedangkan 68,2 % lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Para responden mengalami gangguan kesehatan berupa mata perih/merah/berair, sesak napas, pusing dengan masing"“masing persentase sebesar 7,82 %, 7,26%, dan 17,32 %.
EVALUASI PENGARUH PAPARAN RADIASI TERHADAP EFEK SITOTOKSIK DAN GENOTOKSIK PADA Allium cepa SEBAGAI BIOINDIKATOR KONDISI LINGKUNGAN KERJA BAGIAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT Yunika Sopandi; Indah Rachmatiah S. Salami
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.10

Abstract

Abstrak: Penggunaan radiasi pengion dalam bidang kedokteransemakin mengalami peningkatan terutamapada pemeriksaan diagnostik, radioterapi, serta intervensi non-bedah. Teknik diagnosis dan intervensi non-bedah seperti fluoroskopi, radiologi dan kardiologi intervensi menghasilkan dosis radiasi yang tinggi tidak hanya pada pasien tetapi juga pada pekerja medis. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemantauan kondisi lingkungan kerja pada kegiatan medis tersebut untuk melindungi pekerja dari efek kesehatan jangka panjang akibat paparan radiasi. Pemantauan efek langsung pada makhluk hidup akibat paparan radiasi pengion hampir jarang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi lingkungan kerja rumah sakit yang terpaparradiasi pengion menggunakanAllium cepa sebagai bioindikator. Penelitian dilakukan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung padaempat (4) lokasi yaitu ruang periksa dan operator pada tindakan kardiologi intervensi, ruang periksa dan operator tindakan fluoroskopi,ruang operator tindakan CT-Scandanradioterapi.Bioindikator ditempatkan pada masing-masing ruang tindakan tersebut. Efek yang dilihat pada tanaman A. cepa adalah indeks mitotikdan aberasi kromosom. Hasil perhitungan dosis radiasi pada semua ruang operator di keempat lokasi studi masih berada di bawah nilai ambang batas, begitu pula dengan nilai rerata indeks mitotik dan aberasi kromosom yang dapat dikatakan tidak bersifat toksik terhadap sel A. cepa.Sementara itu dosis radiasi pada ruang periksa kardiologi intervensi berada di atas ambang batas, hal ini pun sejalan dengan nilai indeks mitotik dan aberasi kromosom yang dihasilkan. Berdasarkan kurva dosis-respon, hubungan antara dosis akumulasi terhadap persentase indeks mitotik dan aberasi kromosom bersifat logaritmik dengan nilai korelasi (R2) yang tinggi yaitu berturut-turut 0,862 dan 0,933.

Page 1 of 1 | Total Record : 9